1-1-1-sm 274u3w

ISSN : 2597-3851

Vol. 1 No. 2 (Februari, 2017)

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUNGAN TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT MEMAKAI APD SESUAI PROSEDUR PADA PEMERIKSAAN TTV DI RUANG IGD RUMAH SAKIT (Relationship Between Leadership Leadership Styles Of Nursing Applications With Apd According To Procedures In TTV Examination In emergency room of Hospital) Dewi Nurhanifah, Muhammad Rizal Firdaus Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Email: [email protected]

ABSTRAK Gaya kepemimpinan didefinisikan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pemimpin ketika mencoba mempengaruhi orang lain. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang professional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau di taati. Adapun praktik memakai APD sesuai prosedur untuk mengendalikan infeksi dalam lingkungan perawatan akan selalu menjadi prioritas bagi para petugas kesehatan. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Kepatuhan Perawat Memakai APD Sesuai Prosedur Pada Pemeriksaan TTV di Ruang IGD Rumah SakitKorelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi berjumlah 31 orang perawat IGD Rumah Sakit. Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Data di analisis dengan univariat, bivariat dengan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Gaya kepemimpinan kepala ruangan IGD menerapkan yang demokratis, sedangkan kepatuhan perawat memakai APD Sesuai Prosedur Pada Pemeriksaan TTV yaitu patuh 68%. Hasil analisis uji Chi-Square p=0,029 <0,05 yang artinya Ho ditolak. Kata Kunci

: Gaya Kepemimpinan, Kepatuhan, Perawat, APD, SOP

ABSTRACT A leadership style is defined as a behavioral pattern displayed as a leader when trying to influence others. Nurse compliance is a nurse's behavior as a professional against a suggestion, procedure or rules that must be done or obeyed. The practice of using PPE in accordance with procedures to control infection in the care environment will always be a priority for health workers. Relationship Between Leadership Style Room Chief Adherence Compliance Nurse Wear APD According Procedure On TTV Inspection in emergency Room of Hospital Correlation with cross sectional design. The population amounted to 31 nurses hospital emergency room. The sampling technique used is total sampling. Methods of data collection using questionnaires and observations. Data were analyzed with univariate, bivariate with chi square test with significance level α = 0,05. The leadership style of the head of the emergency room implements a democratic, while the compliance of nurses using APD According to the Procedure On TTV Inspection is 68% obedient. The result of ChiSquare test analysis p = 0,029 <0,05 which means Ho is rejected. Keywords: Leadership Style, Compliance, Nurse, APD, SOP PENDAHULUAN Menurut Boyce (2009) dalam Arfiana, dkk (2012) Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health-care Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapat di rumah sakit journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. HAIs merupakan masalah penting di seluruh dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1% 59

ISSN : 2597-3851

Vol. 1 No. 2 (Februari, 2017)

di beberapa negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah HAIs. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Arfiana, dkk., 2012). Dapat diketahui seluruh data diatas bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di Rumah sakit akibat kurangnya pengawasan terhadap K3 dan kasus ini perlu ditangani secara serius oleh pihak Rumah Sakit itu sendiri, maka untuk itu peran perawat sangatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial ini dengan cara mematuhi semua prosedur standar kerja yang telah di tetapkan oleh Rumah sakit, salah satunya dengan memakai alat Pelindung Diri (APD). Menurut Smet (2007), kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melakukan pekerjaan sesuai Standar Prosedur, yaitu motivasi, sikap masa kerja, pengetahuan, dan gaya kepemimpinan (Niven, 2012). Untuk memberikan pelayanan yang baik di Rumah Sakit, maka peran seorang Pemimpin dalam hal ini sangatlah penting, karena fungsi dari pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan cara perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pengarahan dan pengontrolan yang baik. Menurut Marquis dan Hoston (1998) dalam Nursalam (2011: 60) bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini juga disebut sebagai Great man Theory. Ada pun beberapa gaya kepemimpinan yang dapat di terapkan dalam suatu organisasi antara lain : Telling, Selling, Participating, dan Delegating (Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam Nursalam (2015). Dan Menurut Gillies (1996) dalam Nursalam (2015) yang dapat di terapkan di journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

organisasi untuk mencapai tujuan bersama adalah gaya kepemimpinan Autokratis, Demokratis, Partisipatif dan gaya kepemimpinan Bebas tindak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam peneltian ini adalah 31 perawat dengan sampel 31 perawat di IGD Rumah Sakit. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Total sampling. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juni. Teknik dan instrumen penelitian ini dilakukan secara manual dengan cara mengisi kuesioner dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan IGD Rumah Sakit Gaya kepemimpinan Otokratis Demokratis Partisipatif Bebas Tindak Total

Responden

Hasil %

0 18 13 0 31

0% 58% 42% 0% 100%

Sumber : Data Primer yang diolah. Tabel 2 kepatuhan perawat memakai APD sesuai Prosedur pada pemeriksaan TTV diruang IGD Rumah Sakit Kepatuhan Perawat Patuh Tidak Patuh Total

Jumlah

Persentase (%)

21 10 31

68% 32% 100%

Sumber: data primer yang diolah. Tabel 3. Tabulasi silang gaya kepemimpinan kepala ruangan dan kepatuhan memakai APD sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV diruang IGD Variabel

Demokratis Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan

Partisipatif

TOTAL P value =0,029< α= 0,05

Kepatuhan Perawat Patuh Tidak Patuh 15 3 48% 10%

Total

18 58%

6 20%

7 22%

13 42%

21 68%

10 32%

31 100%

60

ISSN : 2597-3851

Vol. 1 No. 2 (Februari, 2017)

Berdasarkan tabel 1 hasil kuesioner gaya kepemimpinan kepala ruangan dari 31 responden, 18 responden (58%) memilih demokratis dan 13 responden (42%) memilih partisipatif. Maka Gaya Kepemimpinan kepala ruangan IGD Rumah Sakit yang paling banyak muncul adalah Demokratis. Karena menurut pendapat responden, kepala ruangan ada menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan bawahan dan melibatkan diri dalam interaksi bersahabat dengan cara menciptakan komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan yang tujuannya untuk memastikan semua anggota menyadari tanggung jawab pekerjaan yang dilakukan sesuai standar yang ada seperti melakukan tindakan keperawatan pemeriksaan TTV dengan memakai APD. Penelitian ini sesuai dengan teori Lippits dan K.White dalam Nursalam (2015), bahwa pemimpin yang demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan berdasarkan kegiatan yang akan dilakukan, ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan). Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 31 responden, 21 responden (68%) yang patuh dan 10 responden (10%) yang tidak patuh. Hal ini menunjukkan masih banyak responden yang patuh pada pemakaian APD dari 31 responden ada 30 responden (96%) yang melakukan cuci tangan sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV di ruang IGD Rumah Sakit. Namun hasil ini juga masih menunjukan ada beberapa responden yang tidak patuh pemakaian APD maupuan cuci tangan sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV, ini di sebabkan beberapa faktor seperti kurangnya motivasi, masa kerja yang sudah lama, peran pemimpin, umur, faktor fisiologis dan psikologis. Ini sependapat dengan teori menurut Niven (2012) yang menyebakan ketidak patuhan adalah Pemahaman tentang instruksi, tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya, dan kurangnya motivasi pada gaya kepemimpinan yang kurang tepat di aplikasikan pada situasi tertentu bisa menyebabkan kurangnya motivasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. ini didukung dengan jurnal penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi kerja oleh Syafikul Umam, dkk. (2015), yang hasilnya bisa membuktikan bahwa journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

gaya kepemimpinan demokratis pada situasi yang mengharuskan pemimpin meningkatkan motivasi kerja anggotanya sangat berpengaruh pada motivasi kerja perawat, sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif, otokratis dan bebas tindak pada situsi yang kurang tepat tidak bisa memberikan hasil maksimal atau hasil yang baik untuk meningkatkan motivasi kerja anggotanya. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Hasil uji korelasi Chi-Square, hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap kepatuhan perawat memakai APD dan cuci tangan sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV ditunjukan dengan koefisien korelasi p value=0,029. Hasil interprestasi Ho ditolak dan H1 diterima, karena level signifikan p value=0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap kepatuhan perawat memakai APD sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV. Hal ini sesuai dengan Smet (2007), kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja. Untuk gaya kepemimpinan demokratis memang bisa membuat anggotanya mematuhi protap tindakan keperawatan yang ada, karena gaya kepemimpinan Demokratis lebih banyak bermusyawarah dan menghargai apapun yang dilakukan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sependapat dengan teori kepemimpinan Gilles (1996) dalam Nursalam (2015), bahwa Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Namun dari hasil penelitian, gaya kepemimpinan demokratis juga memunculkan ketidak patuhan responden sebanyak 3 orang (10%) memakai APD pada saat pemeriksaan TTV. Hal ini didapatkan ketika peneliti melakukan observasi pada saat penelitian berlangsung yang dimana masih ada responden tidak memakai 61

ISSN : 2597-3851

Vol. 1 No. 2 (Februari, 2017)

beberapa APD seperti masker dan handscon. Hal ini terjadi bisa dikarenakan ada beberapa anggota yang tidak bisa memahami instruksi yang di berikan oleh pemimpin khususnya memakai APD pada saat melakukan tindakan keperawatan pemeriksaan TTV. Sedangkan faktor lain yang menyebabkan 3 responden yang tidak patuh ini adalah seperti kurang mendapat peningkatan motivasi, yang dimana peningkatan motivasi itu bisa memberikan hal yang positif ada juga yang memberikan hal negatif. Ini di dukung dengan teori Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa ada pemberian motivasi positif yang selalu memberikan hadiah atau penghargaan kepada anggotanya yang berhasil melakukan tindakan dengan baik dan motivasi negatif yang selalu memberikan hukuman atau ancaman kepada anggota yang berbuat salah dalam melakukan tindakan. Dan dari penelitian ini, juga muncul beberapa responden yang memilih gaya kepemimpinan partisipatif yang berhubungan dengan kepatuhan, dimana gaya kepemimpinan partisipatif hanya memunculkan 42% responden dan untuk ketidak patuhan partisipatif memunculkan 22% responden tidak memakai APD dan 1 responden (8%) yang tidak cuci tangan. Munculnya hasil seperti ini karena gaya kepemimpinan Partisipatif ini mengharuskan anggotanya untuk mengambil keputusan sendiri sehubungan dengan tugas yang dilakukan dan biasanya gaya kepemimpinan partisipatif juga melakukan evaluasi dengan anggotanya namun ini cuma sampai evaluasi saja dan tidak ada tindak lanjut dari evaluasi tersebut. Ini sependapat dengan teori Hersey dan Blanchard (1997) dalam Nursalam (2015) bahwa gaya kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin mengembangkan curah pendapat dengan staf dan memfasilitasi mereka agar mampu mengambil keputusan sehubungan dengan tugas yang dilakukan. Pemimpin dan kelompok sama- sama melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas. Sebenarnya tindak lanjut dari evalusi sangatlah penting karena bisa memperbaiki jika ada kesalahan-kesalahan saat memberikan pelayanan kepada klien. Namun gaya kepemimpinan partisipatif juga masih memunculkan kepatuhan sebanyak 6 responden (20%), ini dikarenakan gaya kepemimpinan ini sering melibatkan pemimpin dalam melakukan pekerjaan sehingga ada journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

beberapa anggotanya yang takut akan tidak memakai APD saat melakukan pemeriksaan TTV di karenakan pemimpin bisa memberikan ancaman atau hukuman kepada anggota yang tidak mematuhi peraturan yang sudah dibuat oleh pemimpin. Ini bisa dikaitkan dengan peningkatan motivasi dengan cara negatif menurut Notoojo (2010) yaitu pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggotanya atau bawahannya yang kurang berprestasi atau perilakunya kurang baik. Hukuman (punishment) seperti teguran-teguran atau kalau perlu hukuman, akan mempunyai efek takut pada anggota atau karyawan akan adanya sanksi, atau hukuman. Sanksi atau hukuman, maka ia dapat meningkatkan semangat kerjanya atau perilakunya. Dalam hal ini penetuan gaya kepemimpinan di Intalasi Gawat Darurat (IGD) tidak mengharuskan demokratis maupun partisipatif tidak ada yang lebih baik diantara keduanya, gaya kepemimpinan akan jadi baik ketika pemimpin tau harus menetukan gaya kepemimpinannya pada situasi yang tepat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Terdapat gaya kepemimpinan yang di gunakan oleh kepala ruangan IGD Rumah Sakit, adalah Demokratis 58%, Partisipatif 42%, Terdapat kepatuhan perawat memakai APD sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV di ruang IGD Rumah Sakit adalah patuh 68% dan tidak patuh 32%. Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan terhadap kepatuhan perawat memakai APD sesuai prosedur pada pemeriksaan TTV di ruang IGD dengan p. value 0,029<0,05. DAFTAR PUSTAKA Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk. (2007). Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Al-Assaf, A. F. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan (Perspektif Internasional). Jakarta: EGC. Boyce, J. M. dan Pittet, D. (2009). Morbidity and Mortality Weekly Report. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings: Recommendations of the Health Care Infection Control Practices Advisory Committee and the HIAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task

62

ISSN : 2597-3851

Vol. 1 No. 2 (Februari, 2017)

Force. CDC Morbidity and Mortality, Vol.51 (RR-16). Brunner & Suddarth. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. Fauzia, N (2014). Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014 Hasibuan, M. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hidayat, A. A. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Kemenkes. (2010). Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4. Jakarta: EGC. Miftah Thoha. (2010). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Niven. (2012). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo; Editor: Monica Ester. Edisi 2. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 3). Jakarta: Selemba Medika. Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional, Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Priharjo, R. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.

journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

Robbins, S & Timothy, J. (2011). Perilaku Organisasi (Buku 1 Edisi 12). Jakarta: Salemba Empat. Roostyowati, R (2015). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RS Panti Waluyo Sawahan Malang. Jurnal Care Vol. 3, No. 1, 2015. Sarwono. (2009). Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: FKM Gadjah Mada University Press. Siagian, S.P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia (Cetakan 9). Jakarta: Bumi Aksara. Smet, B. (2007). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. STIKES Muhammadiyah. (2014). Buku Panduan Skripsi Program Studi S1 Keperawatan. Banjarmasin: P4M. Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumaijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Infomedia Suprapti, E (2014). Pengaruh Sosialisasi SOP APD Dengan Perilaku Perawat Dalam Penggunaan APD (HANDSCOON, MASKER, GOWN) . DI RSUD Dr. H. SOEWONDO. Umam, S. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratik Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan. Jurnal istrasi Bisnis (JAB). Vol. 21 No. 1 April 2015. Widayatun, Tri Rusmi. (2010). Ilmu Perilaku. Jakarta: Salemba Medika. Wijayanto, W (2015). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Perilaku Pemakaian Alat Pelindung Diri Saat Melakukan Kemoterapi Di Ruang Rawat Inap RSUD DR.Moewardi. Disertasi, STIKES Kusuma Husada. Yugusna, I (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Dan Lingkungan Kerja Tehadap Kinerja Dan Kedisiplinan Karyawan. Journal Of Management, Volume 2 No.2 Maret 2016.

63